}); ( Sneak Peek ) One Less Lonely Girl | I AM GONNA TELL YOU MY STORY ( Sneak Peek ) One Less Lonely Girl - I AM GONNA TELL YOU MY STORY

.

( Sneak Peek ) One Less Lonely Girl

1:19:00 PM

Temans, seperti janji saya sebelumnya kalau saya akan ngasih sedikit nukilan bab I dari novel saya One Less Lonely Girl...

Semoga kalian suka yaah..
Bukunya sendiri akan ada di toko buku January 2013 nanti..
Here it is.. Enjoy ^^

Ps : ini masih versi naskah asli saya sebelum di edit oleh editor ^^


source : mediapressindo.tumbler.com



Girls Talk.


Daynella     :

            “Married?!” aku berteriak dengan spontan.
“Berisik tau nggak sih, elo!!” ujar Marissa sambil menyenggol lenganku “ Liat, tuh! Orang-orang udah pada ngeliatin elo!” lanjut Marissa sambil melirik ke arah orang-orang itu.
Aku menoleh sedikit ke arah pengunjung cafe lainnya, dan persis seperti apa yang Marissa bilang beberapa pengunjung cafe sedang menatap dan membicarakanku  tanpa ampun. Aku hanya mengendus kesal sambil tersenyum sinis. Karena tidak ingin berlama-lama merasakan tatapan mereka yang bisa menusuk mataku, maka aku mengalihkan tatapanku dari para pengujung cafe kembali ke arah Lintang yang sedang mencoba membuat pengakuan.
Aku tidak bisa diam begitu saja mendengar pengakuan Lintang tanpa harus menentangnya. “ Elo udah gila apa? Mo nikah sama cowok brengsek kayak Ferdy itu? Kemana otak elo, Lintang?” sindirku tajam.
“ Elo nggak boleh gitu, La! Temen mo nikah malah di marah-marahin! Gimana sih, elo!” bela Marissa sambil mengelus-elus punggung Lintang sambil menatap haru.
Mendengar kata-kata Marissa membuatku tersenyum sinis. Pembelaan apalagi yang akan di lakukan oleh Marissa saat ini? Aku tahu, Marissa pasti akan membela Lintang dan membuatku seperti seorang tertuduh saja yang siap untuk di eksekusi. Namun, aku tetap pada pendirianku untuk mempertahankan pendapatku soal calon suami Lintang yang ternyata seorang bajingan.
“ Gue sih, nggak nyalahin pernikahannya. Tapi cowoknya, Mar! Elo tau sendiri kan, Ferdy itu kayak apa? Ok, doi mapan, punya usaha sendiri tapi emang elo mau biarin si Lintang di babat abis sama cowok brengsek itu? Masih pacaran aja, dia udah berani main tangan ama Lintang, gimana kalau udah nikah? Lintang bisa abis dapat bogem mentah dari Ferdy terus-terusan!” ujarku penuh emosi.
Lintang dan Marissa hanya terdiam sejenak mendengar penjelasan dariku. Marissa sadar betul dengan apa yang barusan aku katakan tentang Ferdy. Menjelek-jelekan Ferdy di hadapan Lintang adalah tindakan yang tidak tepat. Dan seharusnya sebagai sahabat yang baik, aku harus bisa mengontrol emosiku. But, hei! Ini soal Ferdy yang seper duper bajingan! Jadi sudah sewajarnya jika aku memberikan reaksi seperti itu. Sudah dari dulu aku tidak menyukai hubungan Ferdy dan Lintang. Karna dari awal Ferdy sudah menunjukan sikap yang tidak gentle terhadap Lintang. Dan sebagai seorang wanita yang punya harga diri, jelas aku tidak menyukai hal itu.
Namun berbeda dengan Marissa, gadis berkacamata ini dan berperawakan putih malah menjadi konselor sejati bagi dua insan yang sedang dimabuk asmara itu. Tidak tanggung-tanggung memang, Marissa dengan sangat sabar bersedia menjadi wadah bahkan tempat sampah untuk semua permasalahan Lintang dan Ferdy. Tidak heran , karna Ferdy merupakan teman kecil dari Marissa. Namun, siapa sangka Ferdy bisa menjadi cowok berengsek sedunia saat pria itu dengan gampangnya menampar Lintang di depan orang banyak saat pesta ulang tahunnya.
Bagai di sambar petir di siang hari saat itu. Aku, Lintang dan juga Marissa tidak mempercayai kejadian yang berlangsung cepat saat itu. Hanya karna permasalahan kecil yang di lakukan oleh Lintang, pria itu dengan berani dan tanpa pikir panjang menampar wajah lugu Lintang di depan tamu-tamu undangan yang ada. Bisa dibayangkan betapa berengseknya Ferdy itu! Aku yang saat itu melihat sahabatku di tampar di muka umum tidak tinggal diam. Dengan cepat aku membalas tamparan Ferdy di depan tamu-tamu yang ada. Dan mulai saat itu, aku menjadi musuh terbesar dari Ferdy. Begitu juga sebaliknya. Jika mengingat hal itu lagi, darahku seakan naik sampai di ubun-ubun.  Ingin rasanya aku melakukan hal yang lebih buruk dari sekedar menamparnya.
Tiba-tiba aku terbangun dari khayalanku. Kali ini Lintang buka suara, “ gue tahu dia cowok kasar yang nggak bisa hargain wanita. Gue sadar kalau langkah yang gue mau ambil saat ini akan mempengaruhi hidup gue kedepannya, dan gue tahu juga dampak yang akan gue terima kalau gue jadi nikah sama dia. Tapi semua itu seperti hilang saat rasa cinta ini begitu besar buat dia. Gue nggak mau kehilangan Ferdy!” jawab Lintang sambil meneteskan air mata.
Entah makan apa Lintang sebelumnya, sampai saat ini bisa mencintai seorang pria yang tidak pantas sedikitpun untuknya. Padalah Lintang sudah tahu persis kelakuan dari Ferdy terhadapnya. Namun, dasar yang namanya cinta. Orang waraspun mampu dibuat gila olehnya.
Melihat kesedihan Lintang, Marissa segera memeluk sabahatnya itu yang berperawakan lembut, bertubuh proporsional dengan mata besar khas gadis Jawa . Marissa berusaha untuk menenangkannya. Sedangkan aku hanya terdiam geram melihat tingkah lemah Lintang saat itu.
“ Cinta? Cinta kata elo? Makan tuh cinta!! Dimanapun yang namanya cinta itu nggak akan pernah nyakitin kedua belah pihak, Lintang! Cinta itu kasih sayang, bukan menyakiti!  Ingat itu! Gue nggak mau elo menderita cuma karna cowok sampah itu!! Elo terlalu berharga untuk itu!” kataku tajam.
Jujur saja, aku sebenarnya enggan untuk berkata tajam seperti ini, namun kelemahan dan sikap menerima Lintang lah yang membuatku mau tidak mau harus berkata demikian. Aku tidak suka jika Lintang diperlakukan tidak adil oleh Ferdy. Karna itu membuat wanita terlihat lemah dimata laki-laki. Sehingga membuatku kembali teringat sendiri oleh masalah yang aku hapadapi saat ini.
“ Daynella, udah dong! Jangan nyakitin perasaan Lintang! Elo nggak tahu gimana rasanya mencintai seseorang dengan penuh. Elo harusnya mikirin perasaan Lintang dong! Jangan emosi seperti itu!” ujar Marissa mencoba menengahi.
“ Cinta itu bullshit! Bagi gue, cinta itu udah mati. Nggak ada yang namanya cinta saat ini. Yang ada hanya nafsu sama seperti kejadian setahun yang lalu saat bokap gue ninggalin nyokap gue gitu aja! Brengsek kan?! Semua cowok sama aja! Hanya demi seseorang wanita yang katanya cinta pertamanya! Dia ninggalin gue dan nyokap gue!” Tanpa aku sadari ternyata aku telah melakukan pengakuan yang tidak pernah ku ceritakan pada Lintang dan Marissa sebelumnya. Dan hal ini membuat Lintang dan Marissa kaget setengah mati.
Selama ini aku pintar menjaga perasaanku agar segala hal yang menyangkut masalah Ayah dan Ibuku tidak terlihat.  Aku tidak ingin mereka mengasihaniku karna masalah ini. Karna aku tidak mau di cap wanita lemah. Bagiku menutup hati adalah cara terbaik untuk bisa terlepas dari rasa sakit yang menderaku. Dengan cara itu aku bisa membentengi diriku dari hal sentimentil yang selama ini menjadi teman dari kaum hawa. Sehingga di saat yang bersamaan aku bisa membenci cinta dan pria.
“ Apa? Elo bercanda kan, La? Elo bohong kan?! Nggak mungkin bokap elo bisa ngelakuin hal itu?” tanya Marissa memastikan kembali.
“ Elo yang bener dong, La?”tanya Lintang yang juga tidak percaya.          
Aku hanya tersenyum sinis menanggapi komentar tidak percaya dari kedua sahabatku itu.
That's my conffension, gals! That's my conffension!” jawabku datar.
Aku melihat Lintang ternganga tidak percaya. Apalagi dengan Marissa, wajahnya langsung berubah drastis. Aku tahu ini pasti menyakitkan bagi Marissa, karna selama ini diantara mereka berdua, Marissa lah yang selalu menjadi pelipur laraku. Gadis itu pasti dengan sigap berada di sampingku saat aku membutuhkannya. Ia tidak hanya menjadi sahabatku tetapi sudah menjadi saudara bagiku. Namun untuk yang satu ini, aku enggan menceritakan padanya saat itu.
 Marissa langsung menggenggam tanganku berusaha menguatkan perasaanku yang kini  yang terlihat sangat marah dan terpukul.
Aku menarik napas panjang berusaha menguatkan hatiku yang kembali terasa sakit karna mengingat kejadian itu. Dan berusaha terlihat tegar seperti apa adanya.
“ Elo kok nggak pernah cerita ke kita-kita, La?” tanya Marissa dengan raut wajah sedihnya.
“ Nggak ada perlu di ceritain kok! Itu masalah gue! Gue nggak mau kalian terbebani dengan masalah keluarga gue! Biarin gue, keluarga gue, dan Tuhan yang tahu! Toh, gue cerita nggak akan ngembaliin keadaannya kan?” jawabku tertunduk sambil mengaduk-ngaduk jus alvokat yang ada di depanku dengan acuh tak acuh
Lintang sepertinya tidak setuju dengan pernyataan yang aku berikan. Karna bagaimanapun kami adalah sahabat, jadi segala masalah yang dihadapi oleh sahabatnya yang lain itu juga harus dibagi kepada sahabat yang lain. Bukannya seperti  itulah yang namanya sahabat.
“ Tapi sekiranya itu bisa ngeringanin beban elo!” balas Lintang sambil menyentuh pundak tangannku.
Aku kemudian mengangkat wajahku dan menatapnya. Ada tatapan teduh terlihat dari matanya. Dan itu membuatku tersenyum lega.
I'm ok!” jawabku seperti mengerti maksud dari tatapan Lintang dan Marissa. “ Dan saat ini kita lagi nggak bahas masalah gue loh! Jadi hentikan tatapan mengintrogasi kalian!” gerutuku yang kemudian di selingi tawa dari Lintang dan Marissa.
“ Elo emang kuat,La! Sangat kuat malah. Sampai-sampai semua cowok yang ngedeketin elo pada kabur semua!” sindir Marissa sambil menyandarkan tubuhnya pada kursi sofa di cafe itu.
Lintang terkekeh sendiri mendengar sindiran dari Marissa. Apa yang dikatakan oleh Marissa memang ada benarnya.  Aku memang gadis terkuat di antara mereka. Bukan dari segi fisik, tapi ketangguhannya dalam menjalani hidup. Kadang sifat ini yang ingin sekali aku berikan pada Lintang saat ini. Namun sayangnya sebesar aku mencoba untuk menyadarkannya, sebesar itu juga Lintang menolaknya. Sehingga rasa cintanya yang teramat sangat pada Ferdy mampu menghilangkan logikanya. Dan tidak heran jika Lintang sampai harus menjatuhkan harga dirinya demi pria itu.
“ Bagus dong! Biar nggak ada satupun cowok yang nganggap remeh seorang Daynella!” pujiku sedikit menyombongkan diri.
“ Nggak kayak gue kan?” sambung Lintang dengan nada pelan.
Aku dan Marissa langsung terdiam seketika menanggapi ekspresi dari Lintang. Pasti kata-kataku tadi membuat Lintang berkecil hati dengan kondisi dirinya saat ini.
“ Lintang, jangan gitu dong! Seberat apapun pilihan itu, elo harus kuat!” hibur Marissa sambil menatap peduli pada Lintang. “ Elo udah yakin ama keputusan untuk nikah dengan Ferdy?” tanya Marissa memastikan lagi.
Lintang mengangguk perlahan, mengiyakan pertanyaan dari Marissa. “ Gue udah yakin kok, dengan keputusan gue.”
Kembali, aku yang mendengarnya hanya menghembuskan napas kekesalanku pada jawaban Lintang. Entah harus menggunakan cara apalagi untuk menyadarkan gadis keras kepala seperti Lintang?
“ So, kita shopping yuk!” potongku memecah kesedihan Lintang.
“ Baiklah!” jawab Marissa menyetujui.
“ Ok, La! Sekalian beli perlengkapan buat nikahan gue yah?” ujar Marissa.
“ Ya..ya..ya!” jawabku sambil memutar kedua bola mataku.
Aku dan kedua sahabatku kemudian bangkit dan segera berjalan keluar dari café setelah memanggil pelayan untuk menyelesaikan pembayaran.



Oia, kilas balik soal novel awalsnya, bisa di lihat disini.
Fakta, trailer dan giveaway menyusul yah ^^

You Might Also Like

0 comments

Followers

Member of

Blogger Perempuan
ID Corners

Subscribe