}); [ Edisi Macau ] - Itinerary Macau 2 Hari 1 Malam. | I AM GONNA TELL YOU MY STORY [ Edisi Macau ] - Itinerary Macau 2 Hari 1 Malam. - I AM GONNA TELL YOU MY STORY

.

[ Edisi Macau ] - Itinerary Macau 2 Hari 1 Malam.

12:10:00 AM




Biasanya, Macau hanya digunakan sebagai tempat tujuan one day trip saja. Karna mostly sisa perjalannya digunakan untuk mengunjungi Hong Kong secara penuh. Tapi, bagi saya one day trip ke Macau itu bakal kurang. Karna saya tahu kalau Macau menyimpan banyak tempat yang menarik untuk dikunjungi selain kasino-nya yang wah kayak istana.

Sebagai kota di Tiongkok yang membebaskan visa bagi WNI selain Hong Kong, Macau memang menawarkan kemewahan dan juga kesederhanaan di balik bagunan kasino. Untuk itulah sedikit disayangkan jika hanya menghabiskan waktu sehari menikmati kota Macau.

Perjalanan mengunjungi Hong Kong - Macau - Zhuhai - Guangzhou - Shenzhen - Hong Kong ini dimulai ketika pesawat yang saya tumpangi tiba di Hong Kong pada tengah malam. Saya memang tidak merencanakan untuk menginap di sebuah hotel di Hong Kong, alasan dana lebih tepatnya. Makanya, seperti traveler berdana rendah lainnya, saya menginap di bandara dengan tidur di bangku hall bandara Hong Kong. Tidak cuma saya yang tidur di sana. Banyak penumpang lain yang juga menghabiskan malam mereka dengan tidur di bandara, mungkin juga dengan alasan yang sama dengan saya, dana terbatas.

Baru esok harinya saya memutuskan untuk ke Macau dengan menggunakan kapal feri dari pelabuhan Hong Kong - Macau Ferry Terminal di Shun Tak Center, cukup naik MTR ke Sheung Wan stasiun. Lokasinya berada di lantai 3 dari gedung Shun Tak Center. Di lantai 3 tersebut banyak banget agen yang menjual tiket feri dan tenang aja, semuanya resmi kok. Gak ada tipu-tipu calo dll. Tinggal pilih aja mau jenis feri yang modelan bagaimana yang dicari. Nanti akan diantarkan ke gate kapal feri tersebut.

Baca juga : [ Travel Photography ] - Macau , Las Vegas From East that not Only About Gambling

Setelah proses imigrasi di Hong Kong selesai, berada di ruang tunggu serta akhirnya menempuh perjalanan sekitar 1 jam akhirnya sampai di Macau. Mulailah saya menjelajah Macau yang masih asing banget buat saya. Karna ini adalah pertama kali saya ke Macau.

Tanpa panjang lebar, mari kita memulia itinerary saya di Macau selama 2 hari 1 malam.


Day 1- Explore Senado Square, Late Lunch, Taipa Village.



Setelah sampai di pelabuhan Macau Outer Harbour Terminal, saya menggunakan shuttel bus gratisan yang disediakan oleh hotel dan kasino di Macau. Serius gratisan? Serius dong. Bus ini adalah salah satu value added dari hotel dan kasino yang ada di Macau. Rutenya cuma hotel dan kasino - pelabuhan. Memang, tidak semua penumpang menaiki bus tersebut menginap di hotel tersebut, tapi bagi traveler berbudget rendah, hal tersebut bukan dosa kok. Supirnya sendiri tidak melarang siapapun yang akan menaiki bus mereka. Cuma bedanya, tujuan akhirnya adalah hotel dan kasino tersebut. Sisanya yaa, jalan kaki menuju hotel tempat kita menginap. Mayan, hemat duit. Apalagi Macau termasuk mahal lho.

Karna saat itu saya menginap di dekat Senado Square maka bus gratisan terdekat yang bisa digunakan adalah bus pariwisata yang menuju Grand Lisboa Casino  dari pelabuhan Macau Outer Harbour Terminal. Lalu kami berjalan kaki sekitar 30 menit dari Grand Lisboa Casino menuju Senado Square.

Cuaca panas menyengat di bulan September, tidak membuat kami menyerah untuk menuju Senado Square yang saat itu hanya bermodal Google Map saja. Dan akhirnya semuanya terbayarkan. Punggung yang pegal akibat membawa tas gembolan akhirnya bisa beristirahat sejenak serta mata yang sibuk melihat Google Map bisa melihat betapa Senado Square harus dimasukkan ke dalam itinerary setiap traveler.


Senado Square




Senado Square adalah sebuah komplek yang terdiri dari berbagai toko berbagai merek dan kafe dengan bentuk bangunan kolonial Portugis. Alun-alun ini sangat luas dan biasanya dijadikan sebagai tempat kumpul yang paling mudah ditemukan. Bentuk bangunannya yang beraneka warna membuat Senado Square jadi spot foto yang menarik bagi turis.





Setelah puas menikmati kemegahan bangunan peninggalan kolonial Portugis, perut saya berbunyi hebat. Tandanya harus segera diisi dengan makanan enak. Enak dan halal adalah sesuatu yang sulit didapatkan di Macau. Enak belum tentu halal. Tapi, saya menemukan kedai halal dengan makanan yang enak namun sayangnya cukup mahal di kantong. Tapi, mau bagaimana lagi, kedai itu adalah satu-satunya kedai halal di Macau. Untung saja lokasinya dekat dengan tempat saya menginap dan dekat dengan Senado Square.




Loulan Islam Restaurant








Namanya Loulan Islam Restaurant. Dari segi rasa, lumayan enak apalagi ikan rebusnya  yang segar tapi dari segi harga mungkin sedikit lebih mahal. Mungkin bagi sebagian orang, harga segitu di Macau kurang lebih masih wajar tapi bagi backpacker mungkin agak mahal. Mungkin harga mahal tersebut adalah effort mereka untuk membuat makanan enak dari bahan-bahan halal yang jarang ada di Macau. Makan siang dan malam saya dihabiskan di kedai itu. Hanya kedai itu yang jelas terlihat halalnya yang berada di dekat Senado Square dan hotel tempat saya menginap.


Taipa Village




Sore menjelang setelah check in dari Macau Master Hotel, saya mengunjungi Taipa Village. Sebuah tempat sederhana dengan nuasana Macau tempo dulu yang berada di pulau Taipa di seberang jembatan yang menghubungkan pusat kota Macau dengan pulau Taipa. Untuk mencapai Taipa Village bisa menggunakan bus umum yang bisa dengan mudah ditemukan disemua tempat di Macau. Tidak ada MRT, Monorail di Macau. Untuk transportasi murah bisa menggunakan bus.  Busnya sendiri bagus dan dilengkapi dengan 4 jenis bahasa pengantar. Inggris, Mandarin, Portugis, dan Kanton serta dilengkapi dengan display penunjuk tujuan. Sehingga tidak ada alasan untuk kesasar. Turunlah dari bus ketika di Rua De Cunha halte. Karna lebih dekat menuju beberapa tempat wisata yang bisa dilakukan dengan berjalan kaki.

Dari hotel tempat saya menginap, cukup sekali naik bus sudah tiba di Taipa Village. Perjalanan membutuhkan waktu sekitar 1 jam karna lokasinya yang cukup jauh. Ditambah terdapat beberapa kemacetan di lampu merah. Tidak separah Jakarta pastinya. Saat sampai di Taipa Village, kita akan disuguhkan dengan pemandangan kampung khas tempo dulu. Jalanan yang kecil yang hanya bisa dilalui oleh satu mobil atau satu bus saja tidak membuat area ini sepi. Banyak wisatawan yang datang berkunjung untuk sekedar berjalan-jalan di sekitaran Taipa Village, namun itu tidak membuat Taipa Village terasa sesak.



Di Taipa Village terdapat beberapa spot wisata yang bisa dikunjungi. Semuanya gratis. Apalagi nuansa kampungnya keren dan syahdu banget kalau didatangi pas sore hari. Cahaya matahari sore yang berwarna oranye mengenai beberapa bangunan tua seakan membawa wisatawan kembali ke masa lalu.

Cobalah memulai walking tour dari halte Rua De Cunha. Di sebelah kanan adalah area pedestrian street Rua De Cunha yang biasanya menjual berbagai jajanan serta egg tart yang terkenal itu - Lord’s Stow Bakery dan sebelah kiri terdapat jalanan kecil dengan undakan anak tangga yang akan mengantar ke jalan Av. De Carlos De Maia tempat di mana Our Lady of Carmel Church berada. Sepanjang jalan Av. De Carlos De Maia, mata akan dimanjakan dengan bangunan peninggalan Portugis yang berjejer rapi dengan warna-warna cerah khas pastel. Udara sore hari juga mampu membuat betah pejalan kaki di sepanjang jalan hingga akhirnya menemukan Our Lady of Carmel Church yang berada di ujung jalan.

Pedestrian Street Rua De Cunha yang terdapat di sebelah kanan ketika berada di halte.

Setelah menaiki undakan anak tangga akan menemukan kampung kecil ini. Lokasi ada di sebelah kiri ketika turun dari bus di halte Rua De Cunha

Jalanan cantik yang diapit dengan bangunan khas Portugis di Av. De Carlos De Maia street.



Our Lady of Carmel Church adalah sebuah gereja Katolik yang dibangun di tahun 1885 dan bergaya neo-klasikal. Bentuk gerejanya tidak mewah seperti gereja di Eropa kebanyakan, namun ada kesan sederhana dan sakral dari bangunannya. Tidak heran memang, jika banyak banget calon pengantin yang melakukan foto pre-wedding di depan gereja.



Setelah ini ada spot apalagi? Hmm, tenang. Ada satu tempat yang bikin pengunjung enak banget buat chill di sore hari. Mari kita mulai perjalanannya. Jadi setelah tadi menghabiskan satu roll film buat foto ( ini kalau kameranya masih pakai kamera analog ) di depan gereja Our Lady of Carmel, maka coba turun ke bagian kanan jika posisi membelakangi gereja. Di situ ada jalan kecil dengan anak tangga yang akan membawa ke sebuah bangunan museum bernama House of Taipa.





Museum tersebut adalah sebuah rumah yang didominasi warna hijau muda dan putih dengan arsitektur khas kolonial Portugis. Museum ini merupakan salah satu peninggalan bersejarah dari kota Macau. Untuk masuk ke dalam museumnya gratis kok.







Oia, satu hal yang saya suka ketika berada di depan museumnya, terdapat beberapa tempat duduk yang menghadap kawasan yang dipenuhi tanaman eceng gondok. Kawasan yang luas hingga, seluas mata pemandang hingga beberapa gedung di ujung sana terlihat jelas tanpa ada penghalang. Lalu, ada sebuah taman bunga juga di sebelahnya. Embusan angin sore membuat saya betah berlama-lama di sana. Sekedar duduk-duduk dan menikmati pemandangan benar-benar membuat saya bersyukur bahwa saya masih diberikan kesempatan untuk bisa menikmati pemandangan di Taipa Village.


Day 2 - Ruin of St. Paul


Karna di hari kedua saya memiliki waktu terbatas karna harus cross border ke Zhuhai, Tiongkok, maka saya memutuskan untuk berkunjung ke satu tempat saja. Lokasi berikutnya adalah sebuah tempat yang menjadi ikon kota Macau. Kalau jalan-jalan ke Macau pasti tempat ini tidak pernah lepas dari bidikan kamera wisatawan untuk bisa dipamer ke teman-teman kalau sudah pernah ke Macau sebelumnya.



Ruin of St paul adalah sebuah reruntuhan dari abad 17 yang merupakan sebuah komplek keagamaan Katolik di Santo Antonio, Macau. Awalnya ini termasuk dari sekolah St. Paul dan gereja yang juga dikenal sebagai “Mater Dei” gereja Portugis di abad 17 yang didedikasikan kepada Saint Paul.  Di tahun 2005, Ruin of St. Paul  termasuk dalam warisan dunia UNESCO.



Jika ingin foto persis di depan Ruin of St. Paul sebaiknya datang lebih pagi. Karna banyaknya wisatawan yang berebut untuk bisa foto di depannya. Karna saya datang sudah menjelang siang, maka saya tidak ingin berkompetisi dengan mereka yang sudah lebih dulu datang. Lagi pula saat itu sedang ada acara paduan suara di tiap tangganya sehingga saya tidak bisa masuk lebih dalam lagi di bangunannya. Tapi, tenang. Di bagian bawah juga ikon tersebut masih bisa terlihat dan diabadikan dengan kamera kok.

Ruin of St. Paul sendiri berada di kawasan Senado Square. Persisnya di bagian belakang. Cukup jalan ke bagian dalam Senado Square, wisatawan sudah bisa melihat petunjuk jalan yang akan mengarahkan ke Ruin of St Paul, semuanya cukup jelas. Di sepanjang jalan menuju Ruin of St. Paul terdapat berbagai toko kosmetik yang berisi merek-merek lokal atau pun mereka Korea Selatan. Tidak hanya itu banyak juga kedai-kedai kopi, jajajan, serta jus yang cukup segar jika diminum saat panas menyengat di bulan September. Karna jujur saja, Macau saat itu panas banget.


Sebenarnya banyak banget tempat wisata yang di Macau di luar sekedar belanja dan memasuki kasino mewah. Masih ada Coloane Village yang belum sempat saya kunjungi karna keterbatasan waktu yang harus segera cross border ke Zhuhai saat itu. Walaupun cuma menghabiskan 2 malam 1 hari tetap saja perjalanan saya ke Macau bikin kangen dan pengen balik lagi. Jika balik lagi, mungkin akan lebih lama. Karna jujur ke Macau itu nggak cukup cuma sehari atau dua hari, harus lebih dari itu.


See ya!
Vindri Prachmitasari

IG : @Veendoorie











You Might Also Like

0 comments

Followers

Member of

Blogger Perempuan
ID Corners

Subscribe