---FOU----
Namaku Fou.
Nama yang unik bukan? Dulu seperti itu Ibuku memujiku. Ia selalu bilang “apapun arti namamu, itu lah yang terbaik buatmu.”
Namun tahu kah? Namaku justru menuntunku pada arti dari nama itu.
*****
Aku menutup mulutku sambil menatap penuh haru pada pria di hadapanku. Seorang pria yang sedang duduk bersimpuh sambil memegang sebuah kotak cincin. Ia melamarku di antara lalu lalang penjalan kaki di Champ de Mars — kawasan hijau nan luas di sebelah tenggara menara Eiffel.
“ Veux-tu m'épouser ? — Maukah kamu menikah denganku?” Begitu kalimat yang diucapakan pria itu padaku.
Jujur. Wanita mana yang tidak bahagia ketika seorang pria yang di cintainya melamarkan di sebuah taman romantis seperti ini? Apalagi ini, Adrien. Pria berkebangsaan Perancis tampan nan gagah yang sudah hampir 6 bulan menjalin hubungan denganku.
Tidak ada keraguan lagi untukku untuk tidak menerimanya. Aku menyambut tangan yang masih memegang kotak beludru biru yang berisi cincin sebagai tanda aku menerimanya.
Adrien bangkit dengan pendar-pendar kebahagian tercuat dari wajahnya. Pelukan hangat serta ciuman lembut segera kudapat darinya. Beberapa pengunjung taman tampak haru melihatnya.
Namaku Fou.
Nama yang unik bukan? Dulu seperti itu Ibuku memujiku. Ia selalu bilang “apapun arti namamu, itu lah yang terbaik buatmu.”
Namun tahu kah? Namaku justru menuntunku pada arti dari nama itu.
*****
Aku menutup mulutku sambil menatap penuh haru pada pria di hadapanku. Seorang pria yang sedang duduk bersimpuh sambil memegang sebuah kotak cincin. Ia melamarku di antara lalu lalang penjalan kaki di Champ de Mars — kawasan hijau nan luas di sebelah tenggara menara Eiffel.
“ Veux-tu m'épouser ? — Maukah kamu menikah denganku?” Begitu kalimat yang diucapakan pria itu padaku.
Jujur. Wanita mana yang tidak bahagia ketika seorang pria yang di cintainya melamarkan di sebuah taman romantis seperti ini? Apalagi ini, Adrien. Pria berkebangsaan Perancis tampan nan gagah yang sudah hampir 6 bulan menjalin hubungan denganku.
Tidak ada keraguan lagi untukku untuk tidak menerimanya. Aku menyambut tangan yang masih memegang kotak beludru biru yang berisi cincin sebagai tanda aku menerimanya.
Adrien bangkit dengan pendar-pendar kebahagian tercuat dari wajahnya. Pelukan hangat serta ciuman lembut segera kudapat darinya. Beberapa pengunjung taman tampak haru melihatnya.