.
My first book - Histoire D'Amour |
Banyak kisah yang terangkum dalam cerpen saya ini. Ada 8 kisah, semuanya tidak biasa. Kisah cinta yang tercipta memang sengaja saya buat tidak seperti biasanya. Karna saat membuatnya, saya sedikit jenuh dengan kisah cinta yang selalu seperti itu-itu saja - Happy ending story. Karna tidak selamanya kisah cinta itu selalu berakhir bahagia. Maka, lahirlah kumpulan cerpen ini.
Sebenarnya, kumpulan cerpen ini dibuat di awal bulan februari, dan selesai sebulan kemudian. Hebattt!! Yaa, karna ini adalah proyek dimana saya tidak bisa mengontrol ide yang tiba-tiba muncul gitu aja di saat saya sedang nyoba nyelesain draft novel ke dua saya. Dari pada disia-siain, nanti bisa mubazir. So.. ditulis deeehhh..
Proses penulisannya juga lumanyan mudah, karna beberapa ide sudah pernah saya tuangkan di facebook. Namun, ada beberapa cerita yang benar-benar masih fresh from the oven. Salah satunya adalah cerpen dengan judul " FOU".
Setelah hampir 1.5 bulan mengandung akhirnya saya melahirkan kembali. Yes!!! Senang rasanya menjadi seorang yang terus menerus bisa melahirkan. Perasaan puas, bahagia dan tenang sedang saya alami saat ini. Okey, emang sih saya nggak melahirkan beneran, tapi ini sama dasyatnya dengan melahirkan beneran! Yeah, saya melahirkan sebuah karya kembali. Sebuah novel. Hippii Yeay!! So, ini menjadi karya saya yang kedua.
Hari ini, saya kembali melahirkan sebuah novel baru berjudul " THE APARTMENT - A Love Story In Seoul". Seperti judulnya, novel ini bercerita tentang kisah cinta antara cewek Indonesia dengan seorang cowok yang terjadi di suatu negara yang emang lagi di gilain mati-matian sama cewek maupun cowok dimanapun itu. Kenapa? Karna negara ini adalah surga dari cowok-cowok tampan nan imut (Gosh!!) dan cewek-cewek cantik nan genit. Yeay!! Korea Selatan. Yup, ini memang kisah cinta dengan latar budaya yang berbeda. Sebuah kisah yang terjadi antara gadis asli Indonesia dengan cowok Korea yang tampannya Naudzubillah, bikin siapapun yang ngeliat pasti langsung klepek-klepek.
Hari ini, saya kembali melahirkan sebuah novel baru berjudul " THE APARTMENT - A Love Story In Seoul". Seperti judulnya, novel ini bercerita tentang kisah cinta antara cewek Indonesia dengan seorang cowok yang terjadi di suatu negara yang emang lagi di gilain mati-matian sama cewek maupun cowok dimanapun itu. Kenapa? Karna negara ini adalah surga dari cowok-cowok tampan nan imut (Gosh!!) dan cewek-cewek cantik nan genit. Yeay!! Korea Selatan. Yup, ini memang kisah cinta dengan latar budaya yang berbeda. Sebuah kisah yang terjadi antara gadis asli Indonesia dengan cowok Korea yang tampannya Naudzubillah, bikin siapapun yang ngeliat pasti langsung klepek-klepek.
Ketika pusat dokumentasi terlengkap di Indonesia - PDS H.B Jassin, terancam ditutup sontak semua pelaku sastra dan pencinta tercengang. Masalahnya sangat klise, kurang biaya. Selama ini, pusat dokumentasi tsb memang di biayai oleh dana pemerintah, namun semakin lama dana tsb semakin sedikit. Padahal untuk merawat dokumentasi yang umurnya sudah sangat tua tidaklah murah. Jelas hal ini membuat pelaku sastra dan pecinta sastra merasa harus melakukan sesuatu untuk mempertahankannya.
Untuk itu, saya dan beberapa penulis lainnya ikut dalam proyek yang digerakan oleh @bergeraksastra yang didukung oleh nulisbuku.com , untuk menerbitkan sebuah antologi yang berisi 7 essai, 10 cerpen dan 42 puisi. Tujuannya adalah karna kami memang peduli akan sastra Indonesia. Apa jadinya jika pusat dokumentasi ini benar-benar tutup nantinya? Anak cucu saya pastinya tidak akan mengetahui sastra Indonesia yang sudah dikenal di mancanegara. Ironis memang.
Untuk itu, saya dan beberapa penulis lainnya ikut dalam proyek yang digerakan oleh @bergeraksastra yang didukung oleh nulisbuku.com , untuk menerbitkan sebuah antologi yang berisi 7 essai, 10 cerpen dan 42 puisi. Tujuannya adalah karna kami memang peduli akan sastra Indonesia. Apa jadinya jika pusat dokumentasi ini benar-benar tutup nantinya? Anak cucu saya pastinya tidak akan mengetahui sastra Indonesia yang sudah dikenal di mancanegara. Ironis memang.
---FOU----
Namaku Fou.
Nama yang unik bukan? Dulu seperti itu Ibuku memujiku. Ia selalu bilang “apapun arti namamu, itu lah yang terbaik buatmu.”
Namun tahu kah? Namaku justru menuntunku pada arti dari nama itu.
*****
Aku menutup mulutku sambil menatap penuh haru pada pria di hadapanku. Seorang pria yang sedang duduk bersimpuh sambil memegang sebuah kotak cincin. Ia melamarku di antara lalu lalang penjalan kaki di Champ de Mars — kawasan hijau nan luas di sebelah tenggara menara Eiffel.
“ Veux-tu m'épouser ? — Maukah kamu menikah denganku?” Begitu kalimat yang diucapakan pria itu padaku.
Jujur. Wanita mana yang tidak bahagia ketika seorang pria yang di cintainya melamarkan di sebuah taman romantis seperti ini? Apalagi ini, Adrien. Pria berkebangsaan Perancis tampan nan gagah yang sudah hampir 6 bulan menjalin hubungan denganku.
Tidak ada keraguan lagi untukku untuk tidak menerimanya. Aku menyambut tangan yang masih memegang kotak beludru biru yang berisi cincin sebagai tanda aku menerimanya.
Adrien bangkit dengan pendar-pendar kebahagian tercuat dari wajahnya. Pelukan hangat serta ciuman lembut segera kudapat darinya. Beberapa pengunjung taman tampak haru melihatnya.
Namaku Fou.
Nama yang unik bukan? Dulu seperti itu Ibuku memujiku. Ia selalu bilang “apapun arti namamu, itu lah yang terbaik buatmu.”
Namun tahu kah? Namaku justru menuntunku pada arti dari nama itu.
*****
Aku menutup mulutku sambil menatap penuh haru pada pria di hadapanku. Seorang pria yang sedang duduk bersimpuh sambil memegang sebuah kotak cincin. Ia melamarku di antara lalu lalang penjalan kaki di Champ de Mars — kawasan hijau nan luas di sebelah tenggara menara Eiffel.
“ Veux-tu m'épouser ? — Maukah kamu menikah denganku?” Begitu kalimat yang diucapakan pria itu padaku.
Jujur. Wanita mana yang tidak bahagia ketika seorang pria yang di cintainya melamarkan di sebuah taman romantis seperti ini? Apalagi ini, Adrien. Pria berkebangsaan Perancis tampan nan gagah yang sudah hampir 6 bulan menjalin hubungan denganku.
Tidak ada keraguan lagi untukku untuk tidak menerimanya. Aku menyambut tangan yang masih memegang kotak beludru biru yang berisi cincin sebagai tanda aku menerimanya.
Adrien bangkit dengan pendar-pendar kebahagian tercuat dari wajahnya. Pelukan hangat serta ciuman lembut segera kudapat darinya. Beberapa pengunjung taman tampak haru melihatnya.